diantaramereka salah satu yang menarik adalah Jonas Balys, mengatakan bahwa: Folklor menampung kreasi-kreasi masyarakat, baik yang primitif maupun moderen. Dengan menggunakan bunyi dan kata-kata dalam bentuk puisi dan prosa, meliputi juga kepercayaan dan ketakhayulan, adat kebiasaan serta pertunjukan, tari-tarian dan Takhanya sampai di situ, berikut POKER ONLINE rangkum sederet foto yang membuktikan bahwa bumi memang sedang "sekarat". Mari kita simak bersama. Bukti Bahwa Kita Sudah Ada di Penghujung Masa, Foto-Foto ini Seolah Turut Berbicara. Hutan Amazon, rumah bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan, mengalami kebakaran hebat sejak beberapa minggu Demikianpula halnya dengan masyarakat Julah sebagai masyarakat yang masuk kategori desa tua, maka tarian rejang tetap dilestarikan hingga saat ini. Salah satu tarian rejang sacral yang masih lestari tidak seperti halnya di desa -desa lain yang ada di Bali, di mana tarian rejang ini sudah banyak yang punah adalah tari rejang renteng. SPIRITISMEPRIMITIF Spiritisme primitif biasa dipraktekkan dalam agama-agama suku, sebab dalam mengarungi hidup yang penuh tantangan dimana manusia-manusia primitif bergantung pada nasehat para orang tua, maka ketika orang-orang tua itu meninggal, mereka berusaha dengan segala cara untuk tetap mencari hubungan dengan nenek moyang yang telah Bukantentang film, tapi tari. Ya, tari primitif. Disebut begitu lantaran tarian tersebut dimainkan pada zaman pra-sejarah, berkisar antara tahun 20.000 sebelum Masehi hingga 400 Masehi. Masa ini pun dibagi dalam dua zaman, yaitu zaman Batu dan zaman Logam (perunggu dan besi). Di dua zaman itu, ada perbedaan mencolok dalam tarian yang dimainkan. Zamanes atau zaman glasial terjadi antara 3000 sampai 10000 tahun yang lalu atau pada zaman, surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 1 tahun 2021, lirik lagu kunci hati afgan Hampir semua cabang ilmu alam telah berkontribusi pada pemahaman peristiwa-peristiwa utama di Bumi yang sudah lampau. Usia Bumi ditaksir sepertiganya Parailmuwan telah membuktikan bahwa perang besar di tanah suci Kukrksetra, kota Dwaraka, sungai suci Sarasvati dan sebagainya merupakan suatu peristiwa sejarah, bukan sebagai mitologi. dengan adanya penemuan ini sekaligus menerangkan bahwa pada dua miliar tahun yang lampau sudah ada sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita sekarang NamaKarya : Tari Rejang, Varian : Rejang Renteng, Rejang Bengkol, Rejang Oyodpadi, Rejang Nyangnying, Rejang Gegecekan, Rejang Dewa. Status : Ditetapkan B Sejarah dan Latar Belakang Tradisi Tabuh Rah dan Tajen. Sebelum kedatangan Agama Hindu di Nusantara 3 , masyarakat masih memeluk keyakinan primitif, yaitu Animisme dan Dinamisme. Pengaruh agama Hindu yang paling besar terdapat di pulau Jawa, khususnya diantara suku Jawa. Agama Hindu masuk di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti. Berdasarkansilsilah yang ada, diterangkan bahwa di pesisir Timur pulau Tarakan, yakni kawasan Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira tahun 1076-1156. Mereka kemudian berpindah ke pesisir Barat pulau Tarakan, yakni di kawasan Tanjung Batu, kira-kira pada tahun 1156-1216. SEJARAHPENDIDIKAN JASMANI PADA ZAMAN PRIMITIF DAN KUNO RANGGA ADIGUNA MARTHA 1602617102 DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS ASAZ DAN FILSAFAH PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS ILMU OLAHRAGA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017 Daft. bahwa pada dasarnya Kolam renang juga sudah ada di daerah yang dikuasai oleh bangsawan, putri - putri juga ikut renang. Secaraumum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness). Perkembangan gerak. Dimanabunyi gamelan diatur oleh irama yang sesui dengan maksud dan tujuan tari (soeryodiningrat). Pada dasarnya perkembangan seni tari dapat dibagi menjadi beberapa zaman diantaranya sebabgai berikut: Zaman Primitif Daftar Isi Zaman Primitif Zaman Masyarakat feudal Zaman masyarakat modern Jenis-jenis Tari Tari sunda ada sejak zaman primitive. PestaKaamatan atau di dalam bahasa kadazan "Magavau" ini merupakan upacara perayaan khas untuk menghormati "Bambazon" iaitu semangat padi. Perayaan ini adalah amalan secara tradisi kaum kadazandusun sejak zaman berzaman. Perayaan "Magavau" ini biasanya diadakan selepas selesai menuai padi. Pesta Kaamatan yang kita rayakan dewasa ini telajh Harusdicatat pula bahwa sudah sejak masa kejayaan Majapahit sudah ada orang-orang Islam yang tinggal di kota kerajaan, sebagaimana tampak dari kubur-kubur Islam kuno di Tralaya. Nisan-nisan kuno tersebut memuat angka tahun tertua: 1290 C = 1368 M, dan angka tahun termuda 1533 C = 1611 M, tetapi tidak memuat nama sama sekali. HbsAyZ. Pada Zaman Primitif Kebanyakan Tari Diciptakan Untuk Kepentingan – Tari Primitif Tari primitif sederhana adalah tarian yang berkembang pada masyarakat primitif yang belum beradab. Zaman purba adalah zaman prasejarah, yaitu masa sebelum munculnya suatu kerajaan, sehingga belum memiliki pemimpin yang formal. Zaman purba berlangsung dari tahun SM – 400 M. Pada masa ini terbagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam Perunggu dan Besi. Tarian Zaman Batu mungkin hanya diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan, tetapi pada Zaman Logam banyak ditemukan di luar ruangan, dikelilingi gambar penari yang membawa bulu burung dan dedaunan di Kepalanya. Pada zaman dahulu sederhana tarian, ciri yang paling utama adalah sifat magis dan sakralnya, karena pola hidup masyarakat pada saat itu cenderung mempercayai bahwa alam memiliki kekuatan primitif tidak mempercayai ajaran agama tetapi memiliki Pemimpin yang mereka yakini dapat dipercaya atau kuno seperti dukun.Oleh karena itu, tarian yang mereka tampilkan hanya untuk keperluan biasanya dilakukan secara spontan, tanpa seragam dan sedikit aturan atau hukum. Gendang yang ditemukan pada Zaman Metal diperkirakan hanya digunakan sebagai alat musik, dipukul bisa dibilang saat upacara keagamaan dan hanya digunakan dengan sesajen tarian magis dan sakral. Bentuk tarian primitif yang relatif sederhana, meniru gerakan hewan, meniru gerakan alam dengan gerakan tangan, kaki, gerakan kepala, bergerak melingkar di sekitar api unggun sambil mengeluarkan suara ritmis para penari dan dengan musik perkusi sederhana, serta energi yang luar biasa mengekspresikan kehendak mereka. Kesederhanaan kostum, gerak dan iringan bertujuan untuk mengungkapkan ekspresi terkait dengan permintaan yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri tari kuno antara lain Tari primitif sederhana adalah tarian yang berkembang pada masyarakat primitif yang belum beradab, masa primitif adalah masa prasejarah yaitu masa sebelum munculnya kerajaan sehingga belum memiliki pemimpin formal. – 400 M Selama ini, dibagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam Perunggu dan Besi Tarian Zaman Batu mungkin hanya diiringi dengan sorak-sorai dan tepuk tangan, tetapi di Zaman Logam orang-orang Menemukan Penenun, dikelilingi oleh gambar-gambar penari mengenakan bulu burung dan dedaunan di kepala mereka. Pada Zaman Primitif Kebanyakan Tari Diciptakan Untuk KepentinganMembaca Dan Menentukan Posisi By Biennale JogjaDocx Tari PrimitifPembahasan Soal Tari Primitif Ciri Ciri, Keistimewaan, Dan ContohnyaKenegaraan Malaysia 1 Dalam tarian-tarian kuno sederhana, ciri yang paling menonjol adalah sifat magis dan sakralnya, karena pola hidup masyarakat pada masa itu cenderung percaya bahwa alam memiliki kekuatan magis. Masyarakat primitif tidak percaya pada ajaran agama tetapi memiliki pemimpin yang mereka yakini dapat dipercaya atau kuno seperti dukun. Oleh karena itu, tarian yang mereka tampilkan hanya untuk keperluan seremonial saja. Tarian sering dilakukan secara spontan, tanpa seragam dan sedikit aturan atau yang ditemukan pada zaman logam, diyakini digunakan sebagai alat musik, tetapi dimainkan dimainkan pada upacara keagamaan dan hanya digunakan untuk mengiringi tarian . Pengorbanan suci. Membaca Dan Menentukan Posisi By Biennale Jogja Bentuk tarian primitif yang relatif sederhana, meniru gerakan hewan, meniru gerakan alam dengan gerakan tangan, kaki, gerakan kepala, bergerak melingkar di sekitar api unggun sambil mengeluarkan suara ritmis para penari dan dengan musik perkusi sederhana, serta energi yang luar biasa mengekspresikan kehendak mereka. Kesederhanaan kostum, gerak dan iringan bertujuan untuk mengungkapkan ekspresi ekspresif sehubungan dengan permintaan yang diinginkan – hanya gerakan yang dilakukan. Gerakan dilakukan untuk tujuan tertentu, seperti berburu, meniru gerakan hewan karena inisiasi, proses, kelahiran, perkawinan, pemanenan. Instrumen yang sangat sederhana dimainkan terus menerus tanpa memperhatikan dinamika. Riasan sederhana juga bisa dipadukan dengan lingkungan alam. Menari itu sakral karena ritual keagamaan. Tarian kuno telah tumbuh dan berkembang di masyarakat sejak zaman dahulu kala. Mereka tidak memiliki pemimpin formal sehingga era sebelum munculnya kerajaan. Kehidupan masyarakat masih bersifat kolektif, migrasi dan pertanian. Gerakan dasar tarian primitif adalah pernyataan niat dan kehendak dan kolektif. Atribut pakaian menggunakan bulu dan daun. Formasi tarian primitif seringkali berbentuk lingkaran karena menarik energi. Contoh tari primitif adalah tari Bailita dan tari Dayang Modan. Mengenai fungsi tari pada zaman dahulu dapat kita lihat dari gerak-gerak tari yang sangat sederhana karena kepercayaan yang melatarbelakangi tari itu penting, misalnya tari mendengar hujan, tari pengaruh binatang buruan. Fungsi lainnya adalah upacara/ritual sakral/magis. Ada tiga jenis tarian kuno yaitu Tari mimetik adalah tarian yang diciptakan dengan meniru lingkungan sekitar dan biasanya meniru apa yang diburu; Misalnya tarian binatang. Semnas Csr By Siwi Cahyaningrum . Jika kita melihat tarian-tarian kuno saat ini, kita tidak dapat menemukannya lagi, hanya tersisa jejak-jejak tarian/kebudayaan kuno. Kita melihat banyak kesenian Indonesia yang masih hidup/berkembang dan mencerminkan kesinambungan bentuk-bentuk tari kuno, seperti kesenian Banyuwangi dan Barong dari Bali, tari perang yang masih hidup di berbagai pulau di Indonesia, tari minta hujan, dll. ekspresi kehidupan masyarakat sering berupa tarian keceriaan atau tarian pergaulan/sosial, seperti tari bergerigi. Tari adalah gerakan tubuh yang ritmis yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk tujuan sosial, mengungkapkan perasaan, niat, dan pikiran. Bunyi-bunyian inilah yang dikenal dengan musik pengiring tari, yang mengatur gerak penari dan menguatkan makna yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dengan gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan atau senam. Dari segi genre, tarian ini diklasifikasikan sebagai tarian rakyat, tarian klasik, dan tarian kreasi baru. Sejarawan dan ahli musik Jerman C. Sachs mendefinisikan tarian sebagai gerakan ritmis. Seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia melalui gerakan ritmis yang indah. Ada berbagai jenis tarian dalam budaya Melayu. Ada tarian asli atau tarian yang dipengaruhi unsur modern. Tari adalah gerakan berirama. Definisi singkat tersebut dikemukakan oleh sejarawan dan musikolog Jerman Kurt Sachs dalam bukunya A Word History of Dance. Docx Tari Primitif Menurut Corrie Hartong, orang Belanda, dalam bukunya yang berjudul Danskunst, mengemukakan bahwa tari adalah bentuk dan gerak tubuh yang ritmis dalam ruang. Sorjodiningrat, ahli tari Jawa dari Babad Lan Mekering Joged Javi, mengatakan bahwa tari adalah gerak tubuh atau seluruh bagian tubuh yang selaras dengan suara musik gamelan, yang dikendalikan oleh irama sesuai maksud dan tujuan. . dari tarian. Dalam buku Jawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia, ia berpendapat bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerakan-gerakan ritmis yang indah. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menari adalah suatu bentuk gerak yang indah, yang lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan memiliki jiwa sesuai dengan tujuan dan maksud menari. Dari beberapa rumusan tersebut dapat dilihat beberapa aspek makna tari saat dianalisis, yaitu bentuk, gerak, tubuh, irama, jiwa, maksud dan tujuan tari. Pada Zaman Primitif Kebanyakan Tari Diciptakan Untuk Kepentingan Tari Tari memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan manusia antara lain hiburan, seni pertunjukan, sarana pendidikan. Tari memiliki tujuan tertentu, namun tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu tarian rakyat, tari pergaulan, tari etnik, tari spektakuler dan tari ekspresi seni. Objek penelitian dalam pembahasan ini adalah tarian rakyat. Tarian rakyat adalah tarian yang hidup, tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat biasa. Pada zaman feodal, perkembangan seni tari terjadi di dua lingkungan, yaitu lingkungan keraton dan lingkungan rakyat. Kedua lingkungan tersebut, masing-masing dengan bentuk dan pola yang unik, selaras dengan struktur sosial kehidupannya. Menurut lingkungan keraton, orang-orang yang berkuasa sering mengklaim bahwa tari keraton lebih bernilai seni daripada rakyat. Saat ini bentuk dan tujuan tarian rakyat aslinya mencerminkan berbagai kepentingan yang ada di lingkungannya, misalnya setelah panen padi, tari tabung sebagai simbol kesuburan selalu hadir dalam pesta syukuran dewi padi. Pembahasan Soal Tari Primitif Ciri Ciri, Keistimewaan, Dan Contohnya Ciri-ciri tari rakyat antara lain bentuknya yang tradisional, yang merupakan ekspresi rakyat, umumnya perkembangan tari-tarian purba bersifat umum bersama, Gerakan dan pola lantai masih sederhana dan sering diulang. Misalnya tari Kuda Kepong atau Jathilan, Rodat Jawa Tengah, Topeng Babakan, Angklung, Sintren, Rongeng Jawa Barat. Pengertian tari klasik Tari klasik adalah suatu bentuk tari yang tergolong kuno atau tradisi/tradisi/bentuk budaya yang belum berkembang baik dari segi instrumen, alat musik, kostum dan lain-lain. Dan dalam perkembangannya saat ini tari klasik telah dilestarikan dengan pola yang konsisten untuk setiap daerah, dan merupakan ciri khas dari tarian daerah, beberapa Ciri dari jenis tari klasik ini adalah 1. Persyaratan nilai tradisional 3. Kemantapan tradisi 4. Keseimbangan dan kesenian 5. Penggarapan yang cermat 6. Kedalaman makna dan isi 7. Penggarapan yang stabil 8. Bentuk yang tetap atau monoton. Perhatikan beberapa gambaran teknik tari klasik yang mengarah pada kesempurnaan dan kemurnian sikap dan gerak, karena teknik adalah aturan yang harus dijalankan tanpa perubahan dan mengarah pada kesempurnaan dan kemurnian. Tekniknya adalah sebagai berikut 1. Postur dada lebar, tulang rusuk diangkat, tulang belakang lurus, tulang rusuk rata, perut didorong ke Sikap kaki sungai berdiri lemah, telapak kaki terbuka hampir sejajar, jarak antara tumit dua kali lebar telapak kaki, jari-jari kaki lurus ke Tatapan mata mata ke depan mata tidak pernah bergerak kesamping dan ke atas, gerakan mata sinkron dengan gerakan kepala memutar. Pernapasan Penari harus bernafas dari dada agar perut tetap rata agar ikat pinggang tidak kendor. Angkat kaki kaki selalu diangkat dalam posisi horizontal, jika kaki lurus maka kaki ekstensi tumit dan jari-jari kaki tetap terangkat, jika kaki ditekuk maka tekukan membentuk sudut 90 derajat. Teknik tari yang berhubungan dengan kesopanan meliputi untuk wanita, angkat kaki bagian bawah dan untuk pria tinggi, angkat pertengahan betis. Kenegaraan Malaysia 1 Pengertian tari primitif, tari primitif adalah, tari zaman primitif, tari zaman, tari yapong diciptakan oleh, zaman primitif, tari pendet diciptakan oleh, tari primitif, contoh tari primitif, jenis tari primitif, tari merak diciptakan oleh, macam macam tari primitif Tarian merupakan seni yang direalisasikan ke dalam bentuk gerakan dengan diiringi irama dan dilakukan di suatu tempat dan untuk waktu diketahui bahwa, tari-tarian sudah muncul sejak dunia masih di zaman primitif, yang lebih tepatnya di zaman muncul sebuah tarian yang sering disebut sebagai tarian Apa sih tari primitif itu? Tari primitif adalah sebuah tarian yang berkembang diruang lingkup masyarakat primitif yang belum memiliki masyarakat primitif masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Tari yang dilakukan lebih menekankan pada penyembahan roh atau arwah leluhur, meminta berkah hujan dan yang ditonjolkan dari tari primitif adalah sebuah sifat yang magis dan sakral. Pola hidup masyarakat pada masa itu cenderung percaya bahwa alam memiliki kekuatan yang bersifat ini munculnya dilakukan dengan spontanitas, tak ada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang seragam dan tari primitif cukup sederhana, seperti menirukan gerakan hewan, menirukan gerakan alam dengan gerakan-gerakan tangan, gerakan kaki, gerakan kepala, dan bergerak melingkar mengelilingi api unggun sambil bersuara yang membangun ritmis dari bercirikan kesederhanaan, dalam tari primitif gerak dan iringan yang didominankan. Bertujuan untuk pengungkapan ekspresi yang dilakukan berhubungan dengan permintaan yang primitif dibagi menjadi 3 jenis, sebagai religius, merupakan tari yang digunakan sebagai sarana upacara, seperti tari pemujaan kepada roh, dramatik, merupakan tarian yang menggambarkan peristiwa dalam kehidupan mereka, seperti tari perang, tari imitatif, merupakan tarian yang meniru alam sekitarnya dan menirukan sesuatu yang sedang diburu, seperti tari Tarian Ular, fungsi untuk mejaga penduduk kampung.Tarian Langgai, fungsi menyatukan dengan lingkungan dan menjaga lingkungan.Tari Kuna dan Tari Rontek Singo Wulung, fungsi untuk meminta turun hujan.Tari Tor-tor, fungsi untuk ritual dengan Roh.Tari Perang Sanudhe, fungsi untuk hiburan pada hari besar.Tarian Tellu O'tul, fugsi sebagai hiburan.Tari Sasemba, fungsi untuk memberikan kedamaian suku.Tari Tobe, fungsi untuk mengobarkan semangat prajurit untuk perang.Tari Ketaga, fungsi untuk memberi semangat prajurit untuk perang.Tarian Hudog, fungsi untuk mengenang para leluhur.Tarian primitif pada masa ini tentunya tidak dapat lagi kita temukan, hanya tersisa jejak-jejak dari tarian atau budaya primitif itu Bermanfaat! - Tari primitif merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia. Tari Primitif berkembang di sejumlah daerah dari Pulau Sumatera hingga Pulau Papua. Perkembangan tarian primitif terjadi pada masa primitif atau sebelum masyarakat memiliki peradaban. Bentuk tarian lebih sederhana. Meski muncul sebelum peradaban, beberapa tari primitif masih dikenal hingga kini. Pengertian Tari Primitif Masa primitif merupakan zaman prasejarah, yakni masa sebelum kerajaan sehingga belum memiliki pemimpin formal. Tari primitif adalah tari yang berkembang pada masa masyarakat primitif yang belum memiliki peradaban. Salah satu perkembangan periodesisasi seni tari yaitu sekitar SM hingga 400 M, masa tersebut disebut periodisasi primitif. Pada zaman masyarakat primitif terbagi menjadi dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam. Pada zaman batu tarian hanya diiringi dengan sorak sorai dan tepuk tangan. Sedangkan pada zaman logam sudah ditemukan instrumen musik berupa nekara. Baca juga Tari Tor-Tor Massal, Daya Tarik Festival Danau Toba Nekara adalah suatu alat seperti tambur besar yang bentuknya seperti dandang terbalik atau ditelungkupkan. Nekara banyak terdapat di Jawa, Sumatera, Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Roti, Pulau Leti, serta Pulau Slear. Dalam lukisan-lukisan yang terdapat dalam nekara terdapat gambar penari yang di bagian atasnya dihiasi bulu-bulu burung dan daun-daunan. Saat itu, seni muncul sebagai ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suasana tertentu. Lonjakan kegembiraan maupun lompatan manusia purba saat berburu binatang merupakan ekspresi yang disusun dalam bentuk tarian. Tari primitif merupakan tarian yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tarian ini lebih menekankan pada pemujaan roh leluhur dan estetika tari. Baca juga Kepercayaan Animisme Pengertian, Sejarah, dan Contohnya Ciri-ciri Tari Primitif Tari primitif memiliki sejumlah ciri-ciri sesuai perkembangan zaman pada waktu itu, yaitu Gerakan tari berulang dengan iringan sangat sederhana, yaitu berupa tepuk tangan, hentakan kaki, suara, dan gerakan sederhana. Gerakan dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti meniru gerakan binatang karena berburu, tujuan ritual tertentu, perkawinan, kelahiran, maupun panen. Instrumen tari sangat sederhana, yaitu alat pukul seperti tifa atau kendang. Tari bersifat sakral disucikan sebab untuk upacara keagamaan. Tata rias penari sederhana dan bisa beralkuturasi dengan alam sekitar Pola lantai tari primitif umumnya berupa lingkaran yang menggambarkan kekuatan. Gerakan tari primitif juga sekehendak hati dan sebagai pernyataan kolektif. Contoh Tari Primitif Tari primitif terdapat di sejumlah daerah di Indonesia. Berikut ini contoh tari primitif. Baca juga Tari Perang, Melambangkan Kepahlawan dan Kegagahan Rakyat Papua Tari Tor-Tor dari Sumatera Utara Tari Hudaq dari Kalimantan Tari Tarawangsa dari Jawa Barat Tari Turuk Langgai dari Pulau Mentawai Tari Ular dari Jawa Barat Tari Perang dari Papua Tari Tellu 'Otul dari Papua Tari Tobe dari Papua Tari Kuna dan Tari Rontek Singo Wulung dari Jawa Timur Sebagai informasi, tari primitif berbeda dari tari tradisional. Tari tradisional merupakan tari yang lebih moderen dari tari primitif. Sumber dan - Apa yang terlintas di benak saat membaca kata primitif? Kalau saya tiba-tiba ingat Bang Mandra dalam film Si Doel Anak Sekolahan. Dalam satu episode, Doel dan Mandra disebut primitif oleh si Roy. Doel murung, sementara Mandra linglung. Ia tidak paham apa itu tulisan ini bukan akan membahas film Si Doel. Bukan tentang film, tapi tari. Ya, tari primitif. Disebut begitu lantaran tarian tersebut dimainkan pada zaman pra-sejarah, berkisar antara tahun sebelum Masehi hingga 400 Masehi. Masa ini pun dibagi dalam dua zaman, yaitu zaman Batu dan zaman Logam perunggu dan besi.Di dua zaman itu, ada perbedaan mencolok dalam tarian yang dimainkan. Di zaman Batu, tarian hanya diiringi dengan sorak sorai serta tepuk tangan. Sedangkan pada zaman Logam, ditemukan nekara alat musik primitif dan juga ditemukan gambar penari dengan menggunakan hiasan bulu-bulu burung dan daun-daunan di terbilang sangat sederhana. Tari primitif kadang menirukan gerakan hewan dan gerakan alam dengan gerakan-gerakan tangan, kaki, dan kepala sambil bergerak melingkar mengelilingi api unggun. Ada juga gerak perulangan dan iringannya sangat sederhana, yakni berupa hentakan kaki, tepukan tangan, dan suara. Baca Keunikan Wisata Budaya Umah Wayang Kemukusan PurbalinggaNamun, gerakan-gerakan itu dilakukan bukan tanpa maksud. Gerakan yang meniru gerak binatang digunakan untuk berburu dan tujuan ritual lainnya terletak pada instrumen tari yang sangat sederhana, yakni berupa alat pukul. Tari primitif ini juga bersifat sakral disucikan, karena biasanya dipakai untuk upacara keagamaan. Umumnya, pola lantai pada tarian primitif ini berbentuk lingkaran dikarenakan menggambar sisi lain, tari primitif juga memiliki beberapa keistimewaan, yakni sebagai warisan budaya leluhur, merupakan identitas dari suatu kelompok masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun, serta memiliki nilai primitif juga bisa digunakan dalam berbagai ritual yang berkaitan dengan agama dan adat istiadat. Kini, tari primitif menjadi daya tarik wisata serta menjadi sarana bagi masyarakat untuk Indonesia, tari primitif itu misalnya Tari Tor-Tor Sumatera Utara, Tari Hudoq Kalimantan, Tari Tarawangsa dan Tari Ular Jawa Barat, Tari Turuk Langgai Pulau Mentawai, Tari Perang Sanudhe, Tari Tellu 'Otul dan Tari Tobe Papua, dan Tari Kuna dan Tari Rontek Singo Wulung Jawa Timur.Simak berbagai video menarik di sini Budaya Prasmanan, Saksi Bisu Kekejaman Penjajah Prancis di Tanah Jawa 12 June 2023 121453 Eris Kuswara Jakarta - Kita pastinya sering datang ke sebuah warung makan yang pembelinya itu mengambil sendiri menu makanan yang diinginkan. Atau saat datang ke sebuah pesta, kita juga sering mendapati berbagai menu yang telah tertata rapi di meja secara terpisah untuk setiap menu. Kemudian setelah itu tamu pun dipersilakan untuk mengambil sendiri menu makanan yang cara penyajian makanan seperti itu sering kali disebut dengan istilah "Prasmanan". Selain itu, fenomena cara penyajian makanan model prasmanan ini juga sampai dengan sekarang masih sering dijumpai di berbagai acara besar seperti pesta pernikahan, peresmian gedung, jamuan di hotel dan restoran, dan lain sisi lain, konsep perjamuan prasmanan ini begitu diminati di Indonesia hingga sering dijadikan sebagai pilihan saat menghelat acara-acara besar. Pasalnya, selain relatif lebih praktis, konsep prasmanan juga dapat meminimalisasi jumlah pelayan yang dibutuhkan dalam sebuah pesta punya usut, ternyata cara penyajian makanan seperti itu bukanlah budaya asli masyarakat Indonesia. Melainkan merupakan adopsi dari budaya kuliner dari luar negeri tepatnya dari Prancis. Meskipun begitu, sebenarnya orang Prancis sendiri menyebut cara penyajian makanan seperti itu bukan dengan istilah "prasmanan", melainkan dengan istilah "buffet".Suryatini N. Ganie dalam "Upaboga di Indonesia" 2003 menyebutkan bahwa istilah buffet sendiri diartikan sebagai meja besar yang ditaruh di dekat pintu masuk restoran-restoran. Kemudian di atas meja tersebut, terdapat hidangan yang disusun oleh para pelayan, dengan maksud agar para tamu mendatangi meja itu dan memilih sendiri makanan yang itu dalam konteks prasmanan, seiring berjalannya waktu, cara penyajian makanan ala prasmanan atau buffet ini mengalami modifikasi. Yaitu dengan adanya model penyajian makanan pada meja terpisah untuk setiap menunya yang biasa dijumpai dalam pesta pernikahan. Biasanya, meja-meja tersebut juga akan didekorasi sedemikian rupa, sehingga menyerupai depot atau kedai mini. Meskipun ada daerah yang menyebut konsep penyajian itu dengan istilah prasmanan. Seperti di Palembang, disana sebagian masyarakat Palembang hingga kini masih ada yang menyebut prasmanan sebagai "makan prancis" atau "resepsi ala Prancis". Hal itu pun menunjukkan bahwa prasmanan bukan merupakan tradisi makan lokal asli dari mana sebenarnya datangnya istilah prasmanan ini? Diketahui, kata prasmanan itu sebenarnya berasal dari kata fransman France Man atau sebutan orang-orang Belanda terhadap orang-orang Prancis yang kala itu biasa menghidangkan sajian di atas meja. Cara makan seperti itulah yang kemudian diikuti oleh orang-orang kata fransman yang awalnya merupakan sebutan orang-orang Belanda terhadap orang Prancis, lalu mengalami pergeseran makna menjadi istilah untuk menyebut cara makan ala orang Prancis. Cara makan seperti itu jugalah yang kemudian diadopsi kaum bumiputra hingga membuatnya masih eksis dan diminati sampai dengan saat ini. Baca Cara Masyarakat Minangkabau Kumpulkan Dana Melalui Tradisi BadoncekDikarenakan kaum bumiputra kesulitan dalam melafalkan kata fransman, kata itu kemudian berubah menjadi prasman lalu ditambah imbuhan an hingga menjadi prasmanan. Istilah inilah yang pada akhirnya populer hingga sekarang, dan digunakan untuk menyebut istilah cara penyajian makanan ala itu, ada sumber yang menyebutkan bahwa cara penyajian ala Prancis atau yang kemudian populer dengan istilah prasmanan ini mulai tren di Hindia Belanda pada 1896-an. Tepatnya pada saat seorang penulis resep masakan bernama Njonja Johanna menulis buku berjudul "Boekoe Masakan Baroe" yang di dalamnya berisi resep pembuatan berbagai kue dengan "Tjara Blanda, Tjina, Djawa, dan Prasman". Kata Prasman di buku tersebut juga mengacu pada cara penyajian makanan ala fransman orang Prancis.Berdasarkan sejarahnya, ternyata budaya kuliner prasmanan ini menjadi "saksi bisu" kebiadaban penjajahan Prancis di Tanah Jawa. Tercatat pada 1792-1797 di Eropa tengah berkecamuk perang besar, yaitu perang antara Prancis melawan pasukan sekutu. Dalam peperangan ini, Prancis pun berhasil tampil sebagai pemenangnya. Adapun perang di Eropa ini dikenal dalam sejarah dengan nama Perang Koalisi 1. Diceritakan kala itu Prancis berhasil mengalahkan pasukan koalisi Austria, Prusia, Inggris, Spanyol, Sardini, dan Belanda. Atas kemenangan itulah, Prancis pada akhirnya berhasil menguasai daerah-daerah di Eropa, salah satunya Belanda. Ketika Belanda dikuasai Prancis, Raja Belanda yang saat itu dijabat oleh Raja Willem, melarikan diri dan meminta perlindungan Kerajaan hanya itu saja, sejak memenangkan Perang Koalisi 1, Belanda juga secara resmi menjadi jajahan Prancis. Bukan hanya dalam negeri Belanda saja, akan tetapi juga wilayah jajahan Belanda di seluruh dunia, termasuk Pulau Jawa. Pada masa inilah Prancis menugaskan Herman Willem Daendels untuk menjadi Gubernur di Hindia Belanda yang berpusat di Pulau Jawa pada 1808. Lalu di masa ini jugalah kebiadaban penjajahan Prancis dimulai. Pada masa itu, Daendels melakukan kerja paksa pembuatan jalan terpanjang di Hindia Belanda, sebuah jalan raya yang dibangun mulai dari ujung barat Pulau Jawa Anyer sampai dengan ujung timur Pulau Jawa Panarukan. Saat tanam paksa itulah, para pekerja tanam paksa diberi makan dengan cara penyajian makanan yang diletakkan di atas meja panjang. Para pekerja paksa juga harus antri berbaris untuk mendapatkan makanan yang mereka inginkan. Model penyajian makanan inilah yang kemudian disebut sebagai makan prasmanan. Terlepas dari kebiadaban kaum imperialis, kehadiran bangsa-bangsa lain tentunya telah memperkaya khazanah seni kuliner di prasmanan, ada juga pemakaian sendok dan garpu, serta sumpit saat makan mi merupakan adopsi dari budaya kuliner bangsa lain yang pernah datang ke tonton berbagai video menarik di sini Tari Sajojo, Warisan Budaya Leluhur Papua Barat 11 June 2023 151519 Admin Papua Barat - Tarian di Indonesia memang banyak jenisnya. Setiap tarian juga melambangkan makna dan warisan budaya dari para leluhur. Salah satunya tarian tradisional yang terkenal, sebut saja tarian unik khas Papua Barat yakni tari Sajojo. Menariknya tarian ini juga diiringi dengan lagu dari tari Sajojo ini merupakan tarian tradisonal yang liriknya berbahasa Moi. Tarian yang berasal dari daerah Sorong, Papua Barat ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Papua. Biasanya tari tradisional ini sering ditampilkan di beberapa acara, seperti upacara adat, penyambutan tamu besar, dan berbagai kegiatan budaya ini pertama kalinya diciptakan oleh David Rumagesan. Tari sajojo menceritakan tentang gadis cantik desa yang sangat dicintai oleh kedua orang tuanya. Tak hanya itu saja, gadis desa ini juga merupakan dambaan bagi para lelaki para lelaki desa itu juga sampai berharap bisa berjalan-jalan dengan si kembang desa tersebut. Selain itu, keceriaan dalam lagu ini juga sangat cocok dengan tariannya. BacaTari Seblang, Tarian Sakral Pemanggil Roh Leluhur dari BanyuwangiDilansir dari laman asal usul tari ini diciptakan adalah sebagai bentuk wujud syukur masyarakat terhadap kesuburan dan hasil panen. Pada setiap gerakan tariannya, diyakini melambangkan gerakan kerbau yang sangat sisi lain, tari Sajojo juga mengandung makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Papua. Pasalnya tarian itu melambangkan perjuangan hidup manusia, dan kerja sama dalam mengatasi masalah. Bahkan di salah satu gerakannya juga melambangkan siklus dalam melakukan tarian ini juga sangat energik. Salah satunya adalah gerakan "Langkah Sajojo", yakni langkah maju mundur dengan tangan membentuk huruf V. Adapun langkah lainnya yang tak kalah energiknya yakni langkah "Sajojo Jump", "Sajojo Leap", dan "Sajojo Spin" dengan gerakan utamanya yakni melompat dan itu, untuk instrumen yang digunakan dalam tarian ini adalah kendang, ceng ceng, simba kecil, saron, bonang dan gong. Kemudian untuk pakaian yang digunakan penari dalam melakukan tari sajojo, adalah pakaian tradisional yang terbuat dari akar dan seiring berkembangnya zaman, kini baju yang digunakan juga cukup bervariatif yakni dengan menggunakan aksesoris kepala dan lukisan tubuh. Hingga saat ini, tarian sajojo masih sangat digemari oleh masyarakat Papua. Sebab, mereka juga tidak ingin budaya dari nenek moyang tersebut hilang termakan oleh tonton berbagai video menarik di sini Mengenal Permainan Tradisional Cak Bur Khas Sumatra 11 June 2023 121628 Admin Sumatra Barat - Permainan tradisional di Indonesia sangatlah banyak. Biasanya permainan itu sering dilakukan anak anak untuk mengisi masa waktu luang setelah bersekolah. Salah satunya yang biasa dimainkan, adalah permainan cak bur. Diketahui, permainan tradisional ini berasal dari Sumatra Barat atau lebih tepatnya merupakan permainan khas Minangkabau. Dikutip dari laman permainan cak bur ini hampir mirip dengan permainan galah panjang yang ada di Jawa dari penamaan permainan cak bur ini dikarenakan ketika saat bermain akan mengatakan "cak", dan ketika berakhir akan mengatakan "bur". Menariknya, permainan ini dapat mengasah ketangkasan dan kecepatan anak-anak ketika itu, dilansir dari laman permainan ini dilakukan dengan membuat kotak-kotak di atas tanah dengan ukuran 2x2 meter. Adapun cara memainkan permainan Cak Bur, yakni dengan menyiapkan dua tim berjumlah masing-masing pemainnya kurang lebih 3-5 orang. Kedua tim itu juga nantinya akan ditentukan siapa yang menjadi tim penjaga dan siapa tim yang bermain. Kemudian setelah itu, peserta bermain dengan menggambar kotak yang disesuaikan dengan jumlah pemain. Baca Tok Kadal, Permainan Khas Betawi yang Terinspirasi dari BengkarungUntuk aturan bermainnya sendiri cukup sederhana, tim jaga akan bertugas menjaga tim lawan supaya tidak mencapai garis finish. Sementara pemain lawan, harus berusaha agar tidak tersentuh tim jaga hingga berhasil menuju ke garis finish. Tim lawan bisa dikatakan menang apabila ada salah satu pemainnya yang berhasil menuju garis finish. Jika tim lawan kalah, maka akan bergantian bermain dengan tim bisa melatih ketangkasan dan kecepatan anak, permainan ini juga dapat melatih kerja sama antar tim sekaligus melatih kesabaran anak untuk terus berusaha ketika ingin memeperoleh berjalannya waktu, permainan tradisional di Indonesia saat ini sudah mulai tergeser oleh permainan gadget. Bahkan anak-anak zaman sekarang lebih suka bermain HP sendirian dari pada bermain dengan teman sebaya. Oleh karena itulah, kita bisa mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak anak agar permainan tradisional Indonesia tidak hilang termakan oleh tonton berbagai video menarik di sini Menggali Makna Mendalam dari Lagu Madura "Aduh Kacong Bekna Sengak" 09 June 2023 071633 Eris Kuswara Jawa Timur - Baru-baru ini, lagu berjudul "Aduh Kacong Bekna Sengak" mendadak viral di media sosial khususnya di TikTok dan Instagram. Bahkan lagu tersebut juga mendapatkan perhatian yang cukup besar dari publik. Tak hanya itu saja, lagu ini juga dikaitkan dengan gaya tari khas warga Madura, Jawa apa sebenarnya makna dan arti dari lirik lagu 'Aduh Kacong Bekna Sengak' ini?Berdasarkan sejarahnya, diketahui lagu "Aduh Kacong Bekna Sengak" ini awalnya merupakan bagian dari syair Madura yang memiliki judul asli "Caretana Oreng Mate" atau Kisah Orang Meninggal. Syair tersebut dinyanyikan oleh Ustaz Sattar sendiri berasal dari Jam'iyah Salawat Nurul Iman Pamekasan, dan syair ini diperkirakan pertama kalinya muncul pada awal belakangan ini, syair lagu tersebut kembali populer melalui media sosial TikTok dengan judul "Aduh Kacong Bekna Sengak" dan disertai juga dengan tarian hadrah gemulai ala Madura. Baca Upacara Nyadar, Tradisi Masyarakat Suku Madura Sambut Musim Panen GaramBerbicara mengenai makna yang terkandung dalam syair "Aduh Kacong Bekna Sengak", syair tersebut menggambarkan keadaan seseorang yang telah meninggal dunia. Termasuk juga dengan penderitaan yang dialaminya, keluarga yang ditinggalkan, proses pemakamannya, hingga siksaan atau nikmat yang akan ia terima di jika seseorang menjalani kehidupan yang baik di dunia, maka ia akan mendapatkan keberuntungan di alam barzah. Akan tetapi jika tidak, ia justru akan mengalami siksaan yang menghancurkannya sampai menjadi karena itulah, penyair lagu ini senantiasa mengingatkan pendengarnya khususnya generasi muda agar selalu mengingat akhirat sebagai tempat kembalinya hanya itu saja, mereka juga disarankan untuk semakin meningkatkan amal perbuatan baiknya dan tidak terlalu terpaku pada kehidupan duniawi. Sebab, pada akhirnya dunia itu tidak akan dibawa tonton berbagai video menarik di sini Sering Dikonotasikan Negatif, Ini Arti Kata "Ewe" Bagi Masyarakat Indramayu 06 June 2023 121040 Eris Kuswara Jawa Barat - Indonesia terkenal sebagai negara dengan keanekaragaman suku dan budayanya. Oleh karena itulah, lain daerah, lain pula bahasanya. Seperti halnya kata "Ewe" yang saat ini sering dikonotasikan negatif, namun justru memiliki arti lain di Indramayu, Jawa Sunda menjadi bahasa daerah di Indonesia yang hampir digunakan oleh seluruh masyarakat yang tinggal di Provinsi Jawa Barat. Meskipun begitu, ternyata bahasa Sunda ini memiliki keberagaman kosakata dan frasa. Termasuk juga yang digunakan oleh masyarakat Sunda yang tinggal di sebagian wilayah Kabupaten di wilayah Kecamatan Lelea, bisa dikatakan bahasa Sunda yang digunakan masyarakatnya tergolong unik. Pasalnya, masyarakat di daerah tersebut masih memakai Sunda Kuno atau yang dikenal dengan buhun. Sehingga tidak mengherankan sekali jika terdapat perbedaan di beberapa kosakata maupun logat, dengan Bahasa Sunda yang ada di wilayah Jawa Barat satu yang cukup unik adalah penggunaan kata untuk menyebut istri. Di Kecamatan Lelea dan sekitarnya, biasanya warga akan mengucapkan kata "Ewe" sebagai sebutan bagi seorang istri dan bukan memiliki arti menikah atau bahkan berhubungan intim. Meskipun begitu, kadangkala perbedaan makna tersebut sering mengundang dari laman detik, Anggi Suprayogi 27 warga Tamansari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu mengatakan bahwa kata ewe yang biasa digunakannya itu bermakna berbeda jika diterapkan di wilayah lain. Baca Sejuta Alasan Orang Sunda Tak Bisa Lafalkan Huruf "F""Saat itu, ada sebuah rombongan warga yang datang ke Bandung. Namun, di tengah obrolan dengan warga di sana, ada satu warga yang menyebutkan kalimat 'ewe inya diewe aing' artinya 'istri kamu bersama istri saya'. Sontak saja kalimat yang dilontarkan saat itu membuat lawan bicaranya yang merupakan orang Bandung kebingungan," kata senada dituturkan Kepala Desa Lelea, Raidi. Ia menjelaskan bahwa kata ewe memang lazim digunakan masyarakat di Desa Lelea untuk menyebut istri. Selain itu, biasanya sebutan bagi perempuan itu menggunakan kata "Wewe" dengan tambahan suku kata lainnya yang akan menunjuk pada jenjang usia."Biasanya ada kata Wewe Kolot yang artinya perempuan tua. Kemudian ada juga Wewe Ngora atau perempuan muda dan Wewe Leutik yang merupakan sebutan untuk perempuan yang masih kecil," jelas saat tradisi Ngarot, sebutan bagi perempuan kecil atau gadis yang belum menikah bukan disebut Wewe Leutik, melainkan diganti dengan sebutan Cuene. "Kalau wewe itu untuk sebutan sehari-hari. Nah, kalau saat Ngarot, biasanya sebutannya itu Cuene. Meski begitu, sebenarnya arti keduanya sama aja," itu, sebagaimana diketahui bahwa Bahasa Sunda yang digunakan warga sekitar Kecamatan Lelea itu sudah ada sejak 1600-an silam. Menariknya lagi bahasa Sunda yang digunakan masyarakat disana tergolong otentik, karena merupakan bahasa kuno yang kerap disebut dengan bahasa tonton berbagai video menarik di sini Tradisi Unik Suku Korowai, Asingkan Ibu Hamil Hingga Melahirkan ke Dalam Hutan 04 June 2023 121534 Eris Kuswara Papua - Daerah pedalaman Papua menjadi tempat tinggal dari salah satu suku Papua. Namanya Suku Korowai. Suku ini juga terkenal dengan kebudayaan dan tradisinya yang Suku Korowai terisolasi dari dunia luar dan modernitas yang muncul. Bahkan sebagian dari anggota suku ini juga ada yang masih hidup secara tradisional. Yakni dengan bermukim di atas pohon-pohon tinggi, serta membuat rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan daun rumbia. Tak hanya itu saja, suku ini juga hidup jauh dari akses infrastruktur modern, terutama kesehatan. Selain itu, suku yang memiliki populasi sekitar orang ini memiliki kebudayaan dan tradisi soal melahirkan. Para sesepuh suku ini biasanya akan mengasingkan seorang ibu hamil untuk pergi ke hutan, tanpa ada yang beralasan bahwa seorang ibu hamil itu sedang dalam keadaan sakit akibat terkena roh jahat. Di satu sisi, penyakit itu juga bisa menyebar ke orang lain di sekitarnya, termasuk kepada suami dan anak-anaknya. Oleh karena itulah, untuk mencegah penyebaran penyakit, ibu hamil tersebut harus tinggal di rumah sisi lain, Suku Korowai sendiri menyatakan bahwa pengasingan tersebut bertujuan untuk menguji keberanian dan ketangguhan sang ibu hamil. Mereka percaya bahwa jika ibu hamil bisa hidup dan bertahan di hutan sendirian, maka dia akan melahirkan anak yang sehat dan tidak, dia akan mati bersama bayinya. Untuk proses pengasingannya itu biasanya akan berlangsung selama beberapa bulan hingga sang ibu hamil siap melahirkan. Selain itu juga, sang ibu hamil pun tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun. Baca Hidup Nomaden, Suku Kamoro Papua Lekat dengan 3SIa juga harus melahirkan bayinya sendirian di rumah pohon, serta hanya bisa mengandalkan alam sebagai sumber makanan dan obat-obatan. Dia juga harus memotong tali pusarnya sendiri dengan menggunakan bambu atau batu ibu hamil tersebut berhasil melahirkan dengan selamat, maka dia akan membawa bayinya kembali ke pemukiman dan diterima oleh keluarganya. Apabila ia gagal, dirinya akan meninggal di hutan tanpa diketahui oleh orang ini pun dinilai memberikan dampak yang negatif kepada bayi Suku Korowai yang akan lahir. Sebab, banyak ibu hamil yang meninggal akibat komplikasi persalinan, infeksi, perdarahan atau serangan binatang yang lahir juga sangat berisiko mengalami kematian bayi, gizi buruk atau mengalami penyakit menular. Tak berhenti sampai disana saja, pengasingan juga dapat menimbulkan dampak psikologis bagi ibu hamil, seperti kesepian, ketakutan, stres, atau karena itulah, beberapa pihak pun telah berupaya untuk mengubah tradisi Suku Korowai itu agar lebih manusiawi dan sehat. Salah satunya seperti yang dilakukan pemerintah dengan telah membangun puskesmas dan posyandu di beberapa desa, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ada beberapa LSM dan gereja yang juga telah memberikan edukasi serta bantuan kepada masyarakat Korowai. Hal ini dilakukan terkait dengan perawatan prenatal dan juga persalinan yang aman bagi tonton berbagai video menarik di sini Ketika Masyarakat Panjalu Dilarang Menebang Pohon Berusia 5 Tahun 02 June 2023 151124 Eris Kuswara Jawa Barat - Masyarakat Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat tidak lupa diri karena telah dianugerahkan bisa hidup di lahan yang subur dan dekat belasan mata air. Mereka pun tetap memberikan alam kesempatan untuk memulihkan kondisinya setelah buahnya mereka tanpa alasan, masyarakat Panjalu melakukan hal itu dengan tujuan agar alam tidak murka hingga memberikan bencana yang membahayakan bagi masyarakat. Di sisi lain, masyarakat Panjalu juga memiliki sebuah pesan dari leluhurnya yakni "Titip, jangan sampai Gunung Ciremai dan Gunung Sawal menjadi satu".Bagi masyarakat Panjalu, kalimat itu pun dijadikan sebagai pesan mitigasi bencana dari orang tua zaman dahulu. Selain itu, mereka juga memahami bahwa bencana longsor atau banjir bandang bisa terjadi kapan saja saat mereka tinggal di lembah dua gunung itu. Bencana tersebut pastinya akan membuat ribuan warga yang hidup di sekitarnya akan binasa. Pesan itulah yang tetap mereka pegang teguh dan dipertahakan sampai dengan sekarang. Salah satu jalan yang mereka ambil pun adalah hidup berdampingan dan berbagi dengan informasi, Panjalu sendiri merupakan daerah dengan susunan tanah vulkanis dan rentan lepas. Tak hanya itu saja, kawasan ini juga masuk dalam kategori daerah gerakan tanah menengah tinggi. Oleh karena itulah, pohon berakar besar di kaki gunung pun menjadi andalan warga untuk bisa selamat dari terjangan hujan dan pada 1980-an, saat itu warga sempat lupa mengenai pentingnya menjaga pohon sebagai pelindung hidup. Sehingga membuat pembalakan liar pun terjadi hingga membuat banyak kawasan hutan gundul. Akibatnya, bencana longsor membayangi warga setempat terutama saat musim hujan tiba. Baca Hari Hutan, Jaga KelestarianKala itu, penebangan pohon yang sembarangan di sekitar mata air juga membawa petaka dan membuat belasan mata air mendadak kehilangan fungsinya. Imbasnya, krisis air bersih sampai mengancam masyarakat. Dikarenakan rasa khawatir itulah, mendorong warga di delapan desa di Panjalu mulai berbenah. Mereka sampai membuat aturan ketat yang diberlakukan khususnya untuk penebangan pohon. Adapun salah satu programnya adalah melarang warga untuk menebang pohon berumur kurang dari enam tahun. Tak berhenti sampai disana saja, pohon itu juga baru boleh ditebang setelah warga menanam pohon pengganti berusia 1 3 tahun tergantung jenis pohonnya. Warga juga menolak untuk membeli pohon yang dijual ketika usianya belum mencapai 1 3 tahun dan meminta pembeli untuk itu, perlindungan lebih ketat pun diterapkan di Desa Ciomas dengan menetapkan 10 hektare hutan dari total 800 hektare lahan di desa tersebut. Kepala Desa Ciomas saat itu, Mumu mengatakan penetapan itu dilatarbelakangi keberadaan 19 mata air di dalam hutan."Saat di dalam areal yang tumbuh beringin, pinus, dan albasia itu, maka semua orang dilarang menebang. Bahkan sekalipun pohon yang sudah ambruk dan mati pun, dilarang oleh warga untuk diambil atau dimanfaatkan warga. Konsep itu sendiri ternyata sudah diterapkan orang tua zaman dahulu. Namun dikarenakan adanya desakan ekonomi, hal itu dilupakan tonton berbagai video menarik di sini Ni Thowok, Permainan Putri Kraton Awalnya Digunakan Sebagai Ritual 02 June 2023 071345 Eris Kuswara Yogyakarta - Konon pada zaman dahulu, anak-anak akan berkumpul dan bermain bersama di dalam keputren atau tempat tinggal putri keraton. Tak hanya berasal dari kalangan putri, namun ada juga anak laki-laki putra raja yang belum akil baligh yang juga ikut bermain bersama di itu, kebanyakan permainan yang mereka lakukan itu merupakan permainan orang-orang pedesaan yang berasal dari luar kraton. Namun permainan tersebut masuk ke dalam kraton berkat adanya interaksi yang terbangun antara para putri raja dengan para abdi dalem yang berasal dari kalangan rakyat tidak mengherankan sekali apabila permainan mereka seperti dhakon, gobak sodor, cempa rowo, jaranan, serta cublak-cublak suweng pun sering dijumpai di masyarakat pedesaan. Namun di antara semua permainan itu, ternyata ada satu permainan yang terbilang unik. Namanya Ni dari kebanyakan permainan desa yang dimainkan, permainan yang satu ini justru bernuansa magis. Pasalnya, disebutkan bahwa permainan ini awalnya merupakan sebuah ritual dengan tujuan tertentu, seperti memanggil hujan dan juga untuk pengobatan. Lantas bagaimana sejarahnnya Ni Thowok yang awalnya merupakan sebuah ritual, pada akhirnya bisa berubah menjadi permainan di kalangan putri kraton?Dilansir dari laman permainan yang bisa disebut juga dengan Ni Thowong ini dikenal sebagai permainan anak yang bernuansa magis. Biasanya permainan tradisional yang satu ini akan dimainkan saat bulan purnama, dengan boneka yang terbuat dari tempurung kelapa berbadan anyaman bambu, dan diberi pakaian agar dapat menyerupai pengantin perempuan. Baca Tari Seblang, Tarian Sakral Pemanggil Roh Leluhur dari BanyuwangiBerdasarkan sejarahnya, awalnya permainan ini merupakan ritual bernilai magis yang dimainkan dengan tujuan tertentu seperti pengobatan. Di sisi lain, kultur masyarakat Jawa pada saat itu yang masih memuja roh leluhur juga semakin membuat mereka percaya bahwa boneka Ni Thowok akan dirasuki roh halus. Di tengah permainannya, boneka Ni Thowok ini akan bergerak mengikuti iringan mantra dan tembang yang dilantunkan para pemain. Sementara itu, dalam perjalanan sejarahnya disebutkan bahwa Ratu Timur, yaitu putri Paku Buwono VI 1823-1830 sangat gemar dalam menyelenggarakan permainan Ni Thowok. Namun sayangnya setelah Ratu Timur wafat, permainan itu sempat jarang dimainkan. Akan tetapi pada masa pemerintahan Paku Buwono X 1893-1939, sang putri Ratu Pembayun sangat menyukai permainan ini. Berbeda dengan saat dimainkan anak-anak putri pedesaan, di Kraton permainan ini justru diselenggarakan dengan lebih mewah. Contohnya, boneka Ni Thowok akan didandani dengan pakaian lengkap berupa kain batik tulis dengan riasnya. Lalu, diiringan gamelan milik kraton dan tidak menggunakan musik seadanya seperti yang dimainkan di bernuansa magis, akan tetapi sebenarnya permainan Ni Thowok ini bukan sebuah ritual pemujaan terhadap lelembut atau sejenisnya. Peneliti budaya Jawa dari Yayasan Cahaya Nusantara Yogyakarta, Hangno Hartono mengatakan bahwa permainan ini justru mengajak para penghuni alam lain untuk bergembira bersama. "Karena dalam budaya Jawa itu tidak ada yang namanya istilah menyakiti atau mengganggu sesama ciptaan Tuhan. Kalau pun sekarang ada, itu sebenarnya kata serapan. Karena manusia dan semua makhluk ciptaan Tuhan itu sebenarnya bisa hidup berdampingan, dan bergembira bersama," jelas Hartono sebagaimana dilansir dari tonton berbagai video menarik di sini Mengenal Jemparingan, Seni Panahan Asli dari Yogyakarta 31 May 2023 120627 Eris Kuswara Yogyakarta - Jemparingan dikenal sebagai olahraga panahan khas Kerajaan Mataram yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Olahraga panahan yang dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta ini, dapat ditelusuri keberadaannya sejak awal keberadaan Kesultanan pertama Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I 1755-1792, disebutkan menjadi sosok yang mendorong pengikutnya untuk belajar memanah. Hal itu dilakukan sebagai sarana untuk membentuk watak ksatria. Adapun Watak ksatria yang dimaksud itu adalah empat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan sebagai pegangan oleh rakyat Yogyakarta, yaitu sawiji atau konsentrasi, greget atau semangat, sengguh atau rasa percaya diri, dan ora mingkuh atau memiliki rasa tanggung pada awalnya, permainan yang satu ini hanya dilakukan di kalangan keluarga Kerajaan Mataram, dan dijadikan sebagai ajang perlombaan di kalangan prajurit kerajaan. Namun seiring berjalannya waktu, seni memanah itu pun kini semakin diminati dan dimainkan oleh banyak orang dari kalangan rakyat ini juga memiliki filosofi yang bertujuan untuk pembentukan watak, salah satunya sawiji. Oleh karena itulah, jemparingan berbeda dengan panahan lain yang berfokus pada kemampuan pemanah dalam membidik target dengan tepat. Selain itu, apabila olahraga panahan biasanya dilakukan sambil berdiri, jemparingan justru dilakukan dalam posisi duduk bersila. Tak hanya itu saja, pemanah jemparingan juga tidak membidik dengan mata. Akan tetapi memposisikan busur di hadapan perutnya, sehingga bidikannya itu didasarkan pada perasaan pemanah. Diketahui, gaya memanah yang dilakukan tersebut juga sejalan dengan filosofi jemparingan gaya Mataram itu sendiri, yakni pamenthanging gandewa pamanthening cipta, atau yang berarti membentangnya busur seiring dengan konsentrasi yang ditujukan pada sasaran yang dibidik. Dalam kehidupan sehari-hari, pamenthanging gandewa pamanthening cipta ini bermakna bahwa manusia yang memiliki cita-cita itu hendaknya berkonsentrasi penuh pada cita-citanya agar dapat tercapai. Sementara itu, jemparingan sendiri berasal dari kata jemparing yang berarti anak hanya itu saja, permainan jemparingan ini juga memiliki nama sendiri untuk perlengkapan yang menyertainya. Jemparing atau anak panah, biasanya terdiri dari deder atau batang anak panah, bedor atau mata panah, wulu atau bulu pada pangkal panah, dan nyenyep atau bagian pangkal dari jemparing yang diletakkan pada tali busur saat untuk busurnya dinamakan gandewa, dan terdiri dari cengkolak atau pegangan busur, lar atau bilah yang terdapat pada kiri dan kanan cengkolak, serta kendheng atau tali busur yang masing-masing ujungnya itu dikaitkan pada ujung-ujung lar. Baca Irama Gejog Lesung Sayup Menggema di YogyakartaSementara untuk sasarannya disebut dengan wong-wongan atau bandulan yang berbentuk silinder tegak dengan panjang 30 centimeter dan berdiameter 3 centimeter. Lalu, sekitar 5 centimeter bagian atas silinder yang diberi warna merah dan dinamakan molo atau sirah kepala. Kemudian untuk bagian bawahnya diberi warnah putih, dan dinamakan awak atau badan. Selanjutnya, pertemuan antara molo dan awak akan diberi warna kuning setebal 1 centimeter dan dinamakan jangga atau leher. Di bawah bandulan akan digantung sebuah bola kecil, dimana pemanah akan mendapat pengurangan nilai apabila mengenai bola ini. Sedangkan di bagian atasnya, digantung lonceng kecil yang akan berdenting setiap kali jemparing mengenai dan jemparing itu dibuat khusus oleh pengrajin yang disesuaikan dengan postur tubuh pemanah, salah satunya adalah rentang tangan pemanah. Penyesuaian ini tentunya sangat diperlukan agar pemanah nantinya merasa nyaman dan dapat memanah dengan optimal. Oleh karena itulah perlengkapan jemparingan akan bersifat pribadi dan sulit untuk jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila, maka saat memainkannya, seseorang yang memegang busur dan anak panah itu akan duduk menyamping dengan busur ditarik ke arah kepala sebelum ditembakkan ke arah wong-wongan. Pemanah juga harus berusaha mengenai sasaran dengan tepat. Semakin banyak banyak anak panah yang mengenai bandulan, maka semakin banyak pula nilai yang didapatkan. Terlebih lagi jika mengenai molo yang berwarna merah. Meskipun begitu, jangan sampai mengenai bola kecil di bawah bandulan apabila tidak ingin mendapatkan pengurangan nilai. Seiring berkembangnya zaman, jemparingan pun kini mulai mengalami beberapa perubahan. Saat ini, terdapat berbagai cara memanah dan bentuk sasaran yang dibidik. Akan tetapi, semuanya itu juga tetap berpijak pada filosofi jemparingan sebagai sarana untuk melatih konsentrasi. Di sisi lain, beberapa orang juga kini tidak lagi membidik dengan posisi gandewa di depan perut. Namun dalam posisi sedikit miring, sehingga pemanah dapat membidik dengan sebelumnya sempat terancam hampir punah dikarenakan peminatnya yang semakin sedikit, terutama setelah meninggalnya salah satu pendukung jemparingan, Paku Alam VIII. Akan tetapi dewasa ini seni memanah tradisional itu justru digandrungi oleh generasi muda, terutama di lingkungan lingkungan Keraton Yogyakarta, permainan jemparingan juga rutin melaksanakan latihan setiap minggu. Para pemanah, dalam busana khas Jawa, kebaya dan batik untuk wanita, lalu surjan, kain batik dan blangkon untuk kaum pria, akan merentang busur untuk menempa hati, memusatkan pikiran dan konsentrasi untuk sebuah tujuan yang ingin tonton berbagai video menarik di sini Mangenta, Tradisi Suku Dayak Ungkapkan Rasa Syukur Pada Sang Pencipta 30 May 2023 151153 Eris Kuswara Kalimantan Tengah - Bulan April dan Mei menjadi bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani di pedesaan Nusantara. Pasalnya dalam periode itu, hamparan padi di sawah sudah siap untuk masa itu juga seluruh masyarakat desa akan saling gotong royong untuk menuai hasil panen sekaligus juga untuk merayakan rasa syukur atas berkah panen yang satunya seperti yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak yang tinggal di Kalimantan Tengah Kalteng. Diketahui, mereka mempunyai tradisi dalam menyambut panen padi yang diturunkan oleh nenek moyang Dayak sejak zaman dahulu kala. Mangenta yang berupa kegiatan kaum petani dalam mengungkapkan rasa syukur atas dimulainya musim panen padi itu tetap lestari dan terjaga dengan baik hingga saat ini. Disebutkan bahwa masyarakat Dayak pada zaman dahulu, menjaga tradisi mangenta ini dengan tujuan untuk mendahului masa berkembang biaknya hama padi seperti tikus, burung, atau pelaksanaannya, masyarakat pun akan beramai-ramai membuat kenta, makanan khas Dayak Kalteng berbahan dasar ketan. Kenta yang dimasak itu akan disangrai dan ditumbuk dalam lesung. Menariknya lagi, makanan ini hanya disajikan pada momen tertentu, seperti saat upacara adat atau pernikahan suku Dayak Ngaju. Selain itu, tradisi ini dilakukan suku Dayak yang berdiam di Daerah Aliran Sungai DAS Kahayan. Di sisi lain, mangenta juga dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi atau istilah adatnya, prosesi kuman behas taheta atau makan beras baru. Baca Ongkek, Sesaji dalam Ritual Yadnya Kasada yang Penuh dengan MaknaAdapun bahan yang diperlukan untuk membuat kenta diantaranya padi ketan, kelapa muda, gula putih atau gula merah, dan air kelapa muda. Sementara itu, untuk cara membuatnya dimulai dengan menyangrai padi ketan yang sudah direndam dan ditiriskan selama kurang lebih 10 menit dengan api sedang. Setelah itu, padi yang sudah disangrai itu kemudian ditumbuk hingga halus. Sedangkan untuk cara memasak kenta, langkah pertamanya adalah menambahkan air kelapa secukupnya pada kenta yang sudah bersih lalu diamkan selama kurang lebih lima menit. Selanjutkan tambahkan gula pasir atau gula merah, parutan kelapa serta garam secukupnya. Terakhir, aduk semuanya hingga tercampur rata dan diamkan kurang lebih lima menit. Kenta pun siap untuk hanya itu saja, kenta juga dapat diseduh dengan air panas lalu diberi campuran susu. Tekstur kenta yang kenyal dan bercitarasa manis, tentunya membuat olahan yang satu ini akan terasa semakin sayangnya seiring berjalannya waktu, saat ini banyak generasi muda Kalteng bahkan keturunan Dayak sendiri tidak mengetahui tentang tradisi mangenta ataupun makanan kenta. Oleh karena itulah, berbagai upaya untuk mengenalkan tradisi nenek moyang ini bisa dilakukan dengan tidak hanya sekadar varian original saja. Pasalnya penganan tradisional kenta juga bisa menjadi kuliner modern yang digemari semua orang termasuk generasi tonton berbagai video menarik di sini Cara Masyarakat Minangkabau Kumpulkan Dana Melalui Tradisi Badoncek 30 May 2023 070854 Eris Kuswara Sumatra Barat - Tahukah kamu? Masyarakat Minangkabau, khususnya yang tinggal di Padang Pariaman, Sumatra Barat, memiliki tradisi saling gotong royong untuk warganya yang dikenal dengan nama "Badoncek". Tradisi badoncek digelar dengan tujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Nantinya, dana yang sudah dikumpulkan itu akan digunakan demi kepentingan adat, sosial, dan agama. Hal ini tentunya sangat berguna sekali, demi mengatasi persoalan dana yang tidak bisa diatasi secara dari laman dari Antara, berbicara mengenai sejarahnya, tradisi ini lahir karena sebuah falsafah Minang "Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" yang berarti "berat sama dipikul dan ringan sama-sama harus dijunjung".Dalam pelaksanaannya, biasanya tradisi Badoncek ini dilakukan saat acara halal bihalal atau tepatnya saat para perantau kembali ke kampung halamannya. Para perantau inilah yang kemudian akan bersaing memberikan sumbangan terbaik, sebagai wujud cintanya kepada kampung kegiatan Badoncek sendiri berasal dari kata doncek yang berarti melompat atau melempar. Hal ini di maksudkan agar uang yang diberikan dengan cara melemparkannya ke atas meja itu dilakukan secara terbuka dan disaksikan khalayak untuk istilah canang atau janang, mengacu kepada seseorang yang sangat mahir dalam memainkan kata untuk menarik perhatian para penonton. Selain itu, canang juga kerap menjadi pusat perhatian dalam kegiatan Badoncek. Baca Menguak Misteri Buk Buk Neng, Tradisi Masyarakat Mojokerto dalam Mencari Orang HilangJihan Raffah Syafni dalam "Kearifan Lokal Minangkabau dalam Tradisi Lisan 'Badoncek' di Pariaman" menyebutkan bahwa canang itu harus mampu menarik hati, perasaan dan emosi penonton, agar nantinya sumbangan yang diberikan bisa lebih banyak badoncek ini diadakan pada malam hari, maka biasanya tamu yang masih tersisa adalah kerabat dekat dan masyarakat setempat. Mereka inilah yang nantinya akan terlibat langsung sebagai peserta Badoncek. Dalam pelaksanaannya juga, semakin tinggi status sosialnya, maka semakin banyak uang yang akan terkumpul. Melalui tradisi ini juga akan terlihat prestise sebuah keluarga di tengah masyarakat. Terlebih lagi setelah uang terkumpul, canang juga akan mengumumkan besaran uang yang diperoleh. Dalam sebuah artikel berjudul "Badoncek dalam Tradisi Masyarakat Padang Pariaman Sumatra Barat" disebutkan bahwa masyarakat Minangkabau bisa mengumpulkan uang dalam jumlah nominal yang cukup tetapi, hal tersebut juga tergantung dari keahlian Tukang Janang yang memainkan perannya. Diceritakan pada awalnya Tukang Janang akan memanggil nama warga secara acak. Kemudian nama yang disebutkan itu akan menyumbangkan uang yang seluruh dana berhasil dikumpulkan, dan nantinya akan digunakan untuk membangun masjid hingga membangun sarana dan prasarana lainnya. Selain itu, biasanya tujuan pengambilan dana ini sudah disampaikan terlebih Badoncek ini di dalamnya sangat terlihat sekali semangat kebersamaan, dan nilai gotong royongnya. Di sisi lain, hal ini sebagai wujud hubungan sosial yang erat antar sesama masyarakat khususnya bagi tonton berbagai video menarik di sini Ongkek, Sesaji dalam Ritual Yadnya Kasada yang Penuh dengan Makna 28 May 2023 150127 Eris Kuswara Jawa Timur - Masyarakat Tengger yang tinggal di Jawa Timur, mengenal semacam sesaji yang disebut dengan ongkek. Bagi mereka, ongkek tersebut mempunyai makna filosofis yang mendalam dan tidak bisa dibuat dengan itu, masyarakat Tengger juga mempunyai beragam tradisi dan adat istiadat yang masih dilestarikan dan tetap terjaga hingga saat ini, tak terkecuali juga ritual adat yang rutin satu ritual adat yang biasa dilakukan masyarakat Tengger adalah Yadnya Kasada. Ritual ini dilaksanakan sebagai simbol rasa hormat dan wujud syukur masyarakat Tengger kepada leluhur mereka. Tak hanya itu saja ritual adat ini juga dijadikan sebagai sarana penyucian diri. Dalam ritual adat Yadnya Kasada, terdapat sesaji yang dihadirkan sebagai persembahan kepada leluhur. Ongkek namanya. Sesaji itu menjadi suatu hal yang penting dan tak boleh terlewat setiap momen Yadnya Kasada tiba. Oleh karena itulah, sebelum Yadnya Kasada dimulai, masyarakat Tengger sudah sibuk membuat sesaji ongkek ini akan terdiri dari hasil bumi seperti buah, sayur, dan umbi-umbian. Selain bermakna sebagai wujud rasa syukur, semua yang disediakan oleh masyarakat Tengger itu juga untuk mengenang leluhur mereka, yakni Joko Seger dan Roro Anteng. Baca Cerita Rakyat Dewi Rara Anteng dan Raden Jaka SegerDalam pembuatannya, aneka hasil bumi akan dirangkai dan ditata sedemikian rupa. Bahkan, agar tampak rapi, hasil bumi tersebut disusun menggunakan tian penyangga yang terbuat dari bambu. Hasilnya maka akan jadilah ongkek yang berbentuk melengkung seperti gapura penuh dengan hiasan berwarna-warni hasil jadi, ongkek tersebut akan dibawa warga desa ke Pura Luhur Poten yang berada di kaki Gunung Bromo, tempat di mana upacara dan doa bersama diadakan. Kemudian setelah itu, ongkek akan dibawa lagi ke kawah Gunung Bromo untuk dilarung. Selain itu, ongkek ini juga ternyata tidak boleh dibuat dan dibawa ke Gunung Bromo secara sembarangan oleh warga desa. Sebab, ada aturan yang harus ditaati oleh warga desa, yakni di desa tidak boleh sedang dilanda momen berduka, seperti musibah atau adanya orang yang meninggal dunia menjelang Yadnya Kasada. Sehingga dengan kata lain, desa tersebut harus benar-benar dalam keadaan "bersih".Sementara itu, untuk pelaksanaan Yadnya Kasada pada 2023 ini, rencananya akan dilaksanakan pada 3 5 Juni 2023 mendatang. Di tanggal itu, masyarakat Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo pun dapat kembali melarung ongkek apabila tidak ada duka yang menyelimuti tonton berbagai video menarik di sini

bukti bahwa pada zaman primitif sudah ada tarian yakni